Sabtu, 13 Oktober 2012

Tempat Wisata di Jakarta yang Bikin Merinding


img
Prasasti sekaligus nisan di Museum Prasasti(Shafa/detikTravel)

gb


gb


gb

Jakarta - Jakarta tak hanya menyimpan gedung tinggi dan taman berhiaskan gemerlap lampu ibukota. Di balik itu semua, kota ini memiliki banyak tempat dengan berjuta misteri.

Traveling seru tak selamanya bisa dilakukan hanya di tempat hiburan. Berbagai tempat yang menyimpan cerita misteri juga tak luput dari incaran penggila wisata horor.

Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (30/8/2012), berikut adalah 4 destinasti wisata horor yang wajib dikunjungi para penggila uji nyali:

1. Toko Merah

Mungkin sudah banyak yang tahu tentang keberadaan Toko Merah yang ada di kawasan Kota Tua, Jakarta. Dulunya, Toko Merah adalah rumah seorang petinggi VOC yang mencetuskan pembunuhan terhadap orang China di Batavia.

Kemudian, bangunan ini beralih fungsi menjadi toko yang dihuni oleh warga Tionghoa pada tahun 1851. Bangunan berusia tiga abad ini

Sesuai dengan namanya, bangunan ini memiliki dinding yang hampir seluruhnya berwarna merah. Arsitektur yang diambil disebut-sebut mengambil gaya Tionghoa.

Toko Merah dibangun di depan sungai yang menjadi saksi bisu pembantaian berdarah yang mengorbankan puluhan ribu nyawa etnis pada zaman penjajahan. Toko merah juga pernah dijadikan sebagai tempat penyiksaan gadis.

Karena sejarah itulah, Toko Merah sering disebut sebagai tempat angker di Jakarta. Konon di toko ini pernah terdengar suara tangis dan juga derap langkah prajurit tentara. Yang membuat toko ini semakin angker adalah konon penampakan seorang wanita sering terjadi di dalam bangunan. Berani menguji nyali di sini?

Tak sedikit pula para adu nyali datang ke tempat ini untuk menguji nyali. Malah, keangkeran toko ini pernah masuk dalam acara Scary Job.

2. Taman Kota Langsat Mayestik

Setelah Toko Merah, tempat lain yang dianggap angker di Jakarta adalah Taman Kota Langsat di Mayestik. Pasar yang berada di belakang Pasar Burung Barito ini adalah sebuah taman kota yang nyaman.

Taman Kota Langsat memiliki fasilitas olahraga yang bisa digunakan setiap pengunjungnya. Pepohonan rindang yang mengisi taman memberikan nuasa asri. Sayangnya, tidak banyak pengunjung yang datang dan memanfaatkan fasilitas yang ada di taman.

Karena sepi itulah, Taman Kota Langsat dianggap horor alias angker, terutama malam hari. Konon, pada malam hari warga sering melihat kuntilanak di pepohonan Taman Langsat. Hii!

Malahan, sebuah cerita horor mengenai taman kota ini juga mulai berkembang lebih luas. Konon, suatu malam ada orang yang sedang duduk di kios sekitar taman, namun tiba-tiba pamit pulang. Mau tahu apa alasannya? Katanya ia melihat penampakan genderuwo.

Tidak sampai di situ, kehororan Taman Kota Langsat semakin bertambah karena cerita seram lain yang muncul. Konon, bau-bau aneh dan suara tawa sering dengan sumber yang tak jelas muncul di taman ini.

3. Museum Taman Prasasti

Satu lagi tempat angker di Jakarta, yaitu Makam Taman Prasasti. Hampir semua orang pasti mengamini kalau pemakanan adalah tempat yang horor, karena tempat peristirahatan terakhir manusia, tak terkecuali makam di Museum Prasasti.

Museum Taman Prasasti adalah sebuah museum yang menyimpan banyak nisan kuno. Dulu sebelum menjadi museum, Taman Prasasti adalah pemakaman umum yang bernama Kebon Jahe Kober. Kemudian pada tahun 1977 pemakaman ini dialih fungsi menjadi museum.

Masuk ke dalam Museum Taman Prasasti, nuansa horor langsung terasa. Suansa yang sepi menjadi faktor pendukung yang membuat bulu kuduk berdiri. detikTravel berkunjung beberapa waktu lalu.

Hal lain yang membuat museum ini sedikit angker adalah karena keberadaan banyak makam di dalamnya. Tidak hanya itu, Museum Taman Prasasti juga dihuni banyak patung. Kebanyakan patung berbentuk seperti malaikat.

Jika punya keberanian, coba saja datang sore-sore ke museum ini dan uji nyali Anda.

Kamis, 12 Juli 2012

Semuanya ada di Papua - Indonesia

Mama-mama ( makce )& kaka-kaka di Kaimana Batumera
Dengan anak2 kaum muslimin Teluk Bintuni....di sebelah kampung beroperasi perusahaan raksasa energi BP gas & petroleum
Dari dermaga kayu masyarakat Tambani melepas kepergian kami...sampai ketemu ramadhan tahun depan

Bulakmee Wamena Jayawijaya


Masyarakat berkumpul pd upacara 'Bakar Batu' di Bulakmee Wamena Jayawijaya

mendayung kole-kole

NASIB RAKYAT KECIL....dari dulu kami mendayung kole-kole ini dengan tenaga sendiri...dari kampung ke kampung...BBM cuma buat menyalakan lampu sentir saat senja tiba, itupun kalau tersedia. Walaupun kami tahu...bumi kami menyimpan sumber energinyg tidak sediklt...

Nyebrang sungai di kab. Sarmi Papua


Nyebrang sungai di kab. Sarmi Papua

Danau Ayamaru

Danau Ayamaru Kabupaten Maybrat Papua Barat-Indonesia

Rabu, 11 Juli 2012

INILAH BUKU YG MENYEBABKAN NEGERI KITA DIJAJAH BELANDA 3,5 ABAD

Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.

Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.

Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.
 
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.

Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.

Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.

Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.